Vrydag 14 Junie 2013

Sejarah Pendiri dan Pengasuh Pon Pes Al-Huda

0 komentar

info www.alhudajetis.com

Syaikhuna Wamurobbiruhina Asysyaikh Al ‘Alim Al ‘Alamah KH. Abdurrohman adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen yang didirikan pada tahun 1801 M.
Semasa kecilnya beliau bernama Sholihin, dan hidup sebagai anak seorang petani biasa dan kehidupan sehari-harinya adalah mengembala kerbau milik pamannya, dan ketika beranjak remaja beliau pergi ke Kota Mekkah untuk menuntut ilmu. Di sana beliau belajar ilmu Tashawwuf pada Syaikh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais. Pada saat itu di Mekkah terjadi kerusuhan, yaitu dimana orang-orang Wahabi selalu meneror dan memerangi orang-orang suni, karena kejadian tersebut akhirnya beliau kondur ketanah Indonesia.
Sepulangnya beliau dari Makkah, beliau menyebarkan ilmu yang diperolehnya sewaktu di sana, karena dalam setiap melakukan kegiatan belajar mengajar beliau dan santrinya selalu menutup pintu, sehingga mengundang kecurigaan kaum penjajah (Belanda) bahwa beliau akan memberontak, yang pada akhirnya belau ditangkap dan diintrogasi tentang kegiatan yang dilakukan beliau dan santri-santrinya. Setelah beliau menerangkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan bukan untuk memberontak, akhirnya beliau dibebaskan kembali dengan syarat beliau hanya pindah dari desa Ambal.
Kebetulan pada saat itu bupati Kebumen membutuhkan seorang kyai untuk ditempatkan di desa Kutosari tepatnya didukuh Jetis, akhirnya beliau ditempatkan di Jetis yang saat itu namanya telah diganti menjadi KH. Abdurrohman. Pada mulanya Jetis merupakan hutan belantara yang sangat angker dan wingit, tapi berkat jasa serta kesaktian yang dimilikinya akhirnya beliau mampu menaklukan semua dedemit yang ada di sana. Disamping itu beliau juga tetap mengajarkan ilmu tashawwuf serta ditambah ilmu thoriqoh yang dinamai Thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidyah sehingga semakin hari semakin banyak pula jama’ahnya bahkan sampai saat ini jama’ahnya telah mencapai lebih dari 10.000 jama’ah.
Manusia boleh berencana, tapi pada akhirnya Allah-lah yang menentukannya. Pada hari Jum’at waktu beliau sedang mengerjakan shalat Shubuh tepatnya ketika sedang melakukan sujud tilawah, beliau dipanggil untuk menghadapNya.
Sepeninggalan Beliau romo KH. Abdurrohman kepemimpinan pondok diteruskan oleh putra beliau, seorang Ulama yang bernama Husain, kemudian setelah beliau meninggal dunia laju kepemimpinan diteruskan oleh adiknya yaitu mbah Hasbulloh, beliau merupakan seorang yang sangat disiplin dan bersahaja.
Beliau kemudian meninggal ketika sedang melakukan tawajjuhan. Sepeninggalan beliau kemudian roda kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, seorang ‘Alim ‘Allamah yang bernama mbah Machfudz Hasbulloh, semasa mudanya beliau pernah mengenyam pendidikan diberbagai pondok, antara lain pondok Termas selama kurang lebih 2 tahun, kemudian dilanjutkan ke pondok Bendo, Kediri, yang saat itu diasuh oleh Syekh Khozin, yang kemudian beliau dinikahkan dengan salah satu putri beliau yang bernama Nyai Maimunah. Atas pernikahannya beliau dikaruniai 17 putra dan putri, namun yang hidup hanya 6 putra dan 6 putri, yaitu :
1. Kyai. Abdul Kholiq
2. Kyai. Juwaini
3. Nyai. Umi Kulsum
4. Nyai. Khasanah
5. Nyai. Masruroh
6. Kyai. Makhrus
7. Nyai. Hayati
8. Kyai. Muahaimin
9. Nyai. Siti Ma’rifah
10. Nyai. Siti Muhayaroh
11. Kyai. Wahib Machfudz
12. Kyai. Yazid Macfufudz
Setelah beliau wafat laju kepemimpinan pondok dipegang oleh putranya yang sulung KH. Abdul Kholiq, seorang kyai yang bertempramental keras dan sangat disiplin, tapi sayang ketika beliau sedang semangat-semangatnya mengasuh pondok beliau dipanggil untuk menghadap rahmatulloh. Setelah beliau wafat, digantikan oleh adiknya yaitu Syaikhina Wamurobbiruhina romo KH Wahib Machfudz dan adiknya romo KH Yazid Machfudz.
Semasa mudanya beliau romo KH. Wahib Machfudz menempuh pendidikan umum sampai tingkat tsanawiyah, kemudian beliau mondok di Lirap asuhan KH Durmuji Ibrohim, pada tahun 1974-1978. setelah itu beliau melanjutkan di pondok Al-Barokah, Kawunganten Cilacap, setelah merasa cukup kemudian beliau melanjutkan mondoknya di Ploso yang diasuh oleh KH Ustman Djazuli pada tahun 1980-1983. Setelah dianggap cukup kemudian beliau pulang untuk meneruskan perjuangan kepemimpinan pondok pesantren Al-Huda Jetis sampai sekarang.

Leave a Reply

Musik

Cari Artikel Blog